Kamis, 04 April 2013

Posted by almuqontirin
3 comments | 08.25

A. FIKSI

1. Pengertian Fiksi

Fiksi ialah cerita dalam prosa, hasil olahan pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaiannya tentang peristiwa – peristiwa yang pernah terjadi, ataupun pengolahan tentang peristiwa – peristiwa yang hanya berlangsung dalam khayalannya.

2. Novel dan Cerpen

Novel dan cerpen merupakan bentuk kasusastraan yang secara perbandingan adalah baru. Ia baru dikenal dalam masyarakat kita sejak setengah abad yang lalu. Sudah ditegaskan bahwa tidak perlu dibedakan antara novel dan roman, dalam pengertian novel tercakup pengertian roman, tetapi bagaimana halnya dengan perbedaan novel dan cerpen.

Novel memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih tegas. Cerpen cara penampilan secara singkat.

3. Unsur – Unsur Yang Membangun Fiksi

Struktur fiksi atau unsur – unsur fiksi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yakni:

1. Struktur luar (ekstrinsik)

2. Struktur dalam (intrinsik)

B.  Penokohan dan perwatakan

Masalah penokohan dan perwatakan merupakan salah satu hal yang penting dalam sebuah fiksi. Karena tidak ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak kemudian membentuk alur cerita.

Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang. Perwatakan dapat diperoleh dengan member gambaran menenai tindak tanduk, ucapan atau sejalan tidaknya antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan .

Ada dua cara memperkenalkan tokoh dan perwatakan tokoh dalam fiksi:

a. Secara analitik, yaitu pengarang langsung memapatkan tentang watak atau karakter tokoh.

b. Secara dramatik, yaitu penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan langsung tetapi   hal itu disampaikan melalui:

1. Pilihan nama tokoh

2. Penggambaran fisik atau postur tubuh

3. Melalui dialog

C. Tema

Tema tidak lain dari suatu gagasan yang menjadi dasar tersebut. Menemukan tema tentulah dengan bimbingan cerita itu sendiri. Kita harus memulai memnemukan kejelasan tentangtokoh dan perwtakannyha, situasi, dan alur cerita.

D.  Alur (Plot)

Alur atau plot adalah struktur rangkaian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian – bagian dalam keseluruhan fiksi.

Alur ditentukan oleh hal – hal berikut :

a. Apakah tiap peristiwa susul menyusul secara logis dan alamiah.

b. Apakah tiap peristiwa sudah cukup tergambar atau dimatangkan dalam peristiwa sebelumnya.

c. Apakah peristiwa itu terjadi secara kebetulan dengan alasan yang masuk akal atau dapat dipahami kehadirannya

Pada umumnya alur cerita rekaan terdiri dari:

a. Alur buka, yaitu situasi mulai terbentang sebagai suatu kondisi mulaan yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya

b. Alur tengah, yaitu kondisi mulai bergerak ke arah kondisi yang mulai memuncak

c. Alur puncak, yaitu kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks peristiwa

d. Alur tutup, yaitu kondisi memuncak sebelumnya mulai menambahkan pemecahan dan penyesalan

Alur menurut fungsinya dibagi menjadi:

a. Alur utama: alur yang berisi cerita pokok

b. Alur sampingan : alur yang merupakan bingkai cerita pokok

Unsur alur yang penting adalah konflik dan klimaks. Konflik dalam fiksi terdiri dari:

a. Konflik internal: pertentangan dua keinginan di dalam diri seorang tokoh

b. Konflik eksternal: Konflik anatara satu tokoh dengan tokoh lain, atau antara tokoh dengan lingkungannya

E.  Latar atau Landas Tumpu

Latar atau landas tumpu ( setting ) adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Termasuk di dalam latar ini adalah tempat atau ruang yang diamati. Orang atau kerumunan orang yang berada disekitar tokoh juga dapat dimasukkan ke dalam unsure latar.

F.  Gaya pencarian

Gaya penceritaan yang dimaksudkan di sini adalh tingkah laku pengarang dalam menggunakan bahasa. Berbagai usaha dan tindakan yang dilakukannya agar pendengar atau pembaca tertarik dan terpengaruh oleh yang disampaikan melalui tuturannya itu. Tindakan atau usaha tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

a. Pemilihan materi bahasa

b. Pemakaian ulasan

c. Pemanfaatan gaya bertutur

Kiasan atau Perlambangan

Kiasan atau perlambangan merupakan sebagian dari gaya bahasa. Kiadalah member makna lain dari suatu ungkapan untuk mengatakan sesuatu yang lain.Kiasan biasanya dibentukdengan memperhatikan adanya persamaan sifat. Kiasan adalah penuturan sesuatu yang menghasilkan atau menimbulkan makna kias.

Menurut bentuk hubungannya ada dua macam kiasan :

a. Kiasan langsung dapat dibedakan atas dua golongan

1. Kiasan persamaan ( metafora), dibagi pula atas:

1) Alegori yaitu pemakain beberapa kiasan secara beruntun. Semua sifat yang ada pada benda itu dikiaskan

2) Personifikasi( Pengorangan ) yaitu mengungkapkan atau menerangkan sesuatu benda dengan membandingkannya dengan tingkah dan kebiasaan manusia.

3) Hiperbola yaitu perbandingan atau perlambangan yang dilebih-lebihkan dibeesar-besarkan.

4) Litotes yaitu menyebutkan sesuatu dengan mengurangi kenyataan yang ada dengan maksud merendahkan kenyataan yang ada dengan maksud merendahkan diri untuk menghormati lawan bicara.

5) Eufemisme dalah kiasan kesopanan untuk menghaluskan rsa bahasa yang di rasakan kasar tak sopan atau tak sedap didengar atau mungkin menyinggung perasaan pendengar.

b. Kiasan hubungan atau metafora

Kiasan yang dibentuk dengan memperhatikan hubungan tempat dan waktu antara dua benda.Kiasan hubungan ini dibagi pula atas beberapa jenis:

1) Sinekdoks pars prototo yaitu sesuatu yang disebut sebagian sedangkan yang dimaksudkan adalah seluruhnya.

2) Sinekdoks totem proparte yaitu sesuatu yang disebutkan keseluruhan sedangkan yang dimaksudkan keseluruhan.

3) Ironi yaitu yang diucapkan mengandung arti kebalikannya.

Selain dari metafora dan metonimia terdapat pula bermacam –macam gaya bahasa yaitu sebagai berikut

a. Inversi yaitu pemakaian kalimat dengan jalan membalikkan subjek dan predikat

b. Repetisi yaitu pengulangan kata dengan maksud member tekanan.

c. Koreksi yaitu pembetulan terhadap kata yang sengaja diucapkan salah dengan maksud menarik perhatian.

d. Klimaks yaitu pengurutan kata yang maknanya makin meluas.

e. Anti klimaks yaitu pengurutan kata yang lingkup maknanya makin menurun.

f. Antitotes yaitu susunan pasangan kata yang berlawanan artinya untuk member tekanan.

g. Pertanyaan retoris yaitu pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban hanya untuk memeancing kesan dan perhatian.

h. Alusia yaitu kalimat atau semboyan yang sudah dikenal umum dan diucapkan hanya sebagian saja.

i. Paralelisme yaitu pengulangan pengucapan kalimat dengan maksud menegaskan kembali atau untuk memberi efek semangat dan kesungguhan.

j. Sarkasme yaitu sindiran atau ejekan yang kasar.

k. Simbolik yaitu penggunaan lambang untuk menyatakan keadaan yang ada persamaannya dengan lambang itu.

l. Pleonasme yaitu penggunaan kata yang berlebihan untuk menerangkan suatu kata yang sebenarnya kata itu sudah cukup jelas

m. Paradoks yaitu kata – kata yang diucapkan berlawanan dengan yang dimaksudkan untuk menghaluskan tuturan.

n. Asindenton yaitu menyebutkan urutan kata untuk menggunakan kata sambung untuk menunjukan keseluruhan kata – kata itu, bukan kata demi kata.

o. Polisindenton yaitu menyebutkan urutan kata – kata dengan menggunakan beberapa kata sambung.

G.  Jenis – Jenis Fiksi

Novel dan cerpen merupakan kategori formal fiksi. Tetapi dalam kategori lain semacam ini kita dapat membuat kategori lain berdasarkan sudut pandanf tertentu, misalnya dari segi teknik, dari segi isi, atau berdasarkan tema.

Pengkategorian fiksi sangat berhubungan dengan pengalaman manusia, karena fiksi selalu berbicara tentang manusia: tentang cara berfikir, cara berbuat,cara mengendalikan emosi, cara menghadapi lingkungannya, cara menghadapi tuhannya, dan lain sebagainya.

Jenis – jenis fiksi :

a. Romantik

Romantik secara filosofis, merupakan ketidaksenangan terhadap kehidupan modern, kemudian dari kehidupan modern dengan membentuk suatu bentuk dunia yang lain. Fiksi romantik biasanya meramu bahan cerita tentang masa lampau , atau sesuatu tentang alam yang indah dan jauh entah dimana.

b. Realisme

Realisme merupakan suatu karya yang menggambarkan tentang dunia kini dengan segala keadaan kenyataan yang dimilikinya. Realisme dapat digolongkan ke dalam fiksi karena walaupun ia mengungkapkan suatu relitas namun masih memanfaatkan imajinasi dan kreativitas.

c. Gotik

Merupakan suatu karya fiksi yang menceritakan tentang horror, tentang kekerasan, tentang kekacauan, membicarakan tentang kematian, keajaiban, supernatural, kuburan keramat, hantu yang gentayangan, dan tentang berbagai keajaiban lainnya.

d. Naturalisme

Naturalisme adalah benutk fiksi realism yang mulai popular. Kebanyakan karyanya burpa puisi. Aliran ini mengutamakan ekspresi yang sangat individual sifatnya daripada keterikatan dengan kenyataan alamiah, seolah produknya hasil mimpi dan lamunan kosong

e. Psikologi

Prinsip pokok fiksi psikologi adalah eksplorasi segi – segi pemikiran dan kejiwaan tokoh – tokoh utama cerit, terutama menyangkut alam pikiran pada tingkat yang lebih dalam, ditingkat alam bawah sadar.

H.  Fiksi Serius dan Fiksi Populer

Banyak orang yang tidak tahu bagaimana dan seperti apa fiksi serius itu dan bagaimana pula bentuk fiksi poluler. Di Indonesia pernah dikenal istilah “ roman picisan” untuk menyebutkan golongna popular.. Istilah fiksi dan novel serius memng jarang didengar yang sering digunakan adalah istilah bermutu.

Fiksi serius nampaknya seperti khotbah. Umumnya fiksi serius menuntut kemampuan membaca teliti. Selain itu fiksi serius memberikan tantangan yang kompleks dan berbagai macam ide tidak berarti mentolerir kesulitan.Tujuan pokok kehadiran atau penciptaan karya serius adalah untuk memberi peluang bagi pembaca mengimajinasi dan memahami pengalaman manusia.

Karya sastra popular sama halnya menceritakan pengalaman manusia tetapi tidak menampilkan analisis dan perhatian yang lebih terpusat dan mendalam, disajikan dengan cara sederhana agar mudah dibaca dan dipahami.

Disebut novel popular karena itu baik tema, cara penyajian, teknik bahasa, maupun gaya meniru pola umum yang digemari masyarakat pembaca. Sedangkan novel serius merupakan karya sastra yang lebih menitikberatkan pada keunikan karya, kebaruan, dan kedalaman.

Perbedaan pokok – pokok antara fiksi serius dengan fiksi popular setidak – tidaknya menyangkut tiga hal:

1. Ide dan pengolahan ide

Dalam fiksi serius dijumpai ide berupa pengalaman hidup mnusia secara spesifik. Di dalam fiksi popular yang di ungkapkan masalah – masalah yang umumnya kita lihat.

2. Kemudahan pemahaman

Fiksi serius sukar dipahami. Fiksi popular mudah dipahami.

3. Fungsi hiburan dan kegunaan

Fiksi popular ditinjau dari segi bentuk lebih menyenangkan disbanding dengan fiksi serius.

Suatu karya sastra yang dikatakan memiliki norma estetika bila karya sastra itu:

a. Mampu menghidupkan atau memperbarui pengetahuan pembaca

b. Mampu menciptakan kehidupan kita lebih baik dan lebih kaya

c. Mampu membawa pembaca lebih akrab dengan kebudayaannya

Suatu karya sastra yang dapat dikatakan mempunyai nilai sastra karya sastra itu:

   a. Merefleksikan kebenaran kehidupan manusia

   b. Tidak terikat pada waktu dan tempat

   c. Memberi kenikmatan dan rasa indah

Suatu karya sastra yang dapat dikatakan memiliki norma moral bila karya tersebut:

a. Menghargai norma-norma moral

b. Menyajikan masalah-masalah norma moral,susila,dan keagamaan dalam bentuk yang bertanggung jawab dan matang.

I.  Bentuk-bentuk Prosa atau Fiksi Traditional

Sastra traditional di Indonesia terlalu luas dan beragam.Setiap masyarakat bahasa,setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai sastra sendiri.Berikut ini akan dibicarakan beberapa bentuk sastra traditional di Indonesia yang ditinjau secara umum.

1. Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah suatu cerita yang pada dasarnya disampaikan secara lisan.Tokoh-tokoh cerita yang diungkapkan dianggap pernah terjadi di masa lalu.

Dalam sastra rakyat atau sastra lisan ini terungkap berbagai kreatifitas berbahasa untuk mewujudkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.Sastra lisan atau cerita rakyat di Indonesia dapat berupa dongeng,hikayat,epos mitos,dan sebagainya.

2. Dongeng danHikayat

Dongeng dan hikayat merupakan dua bentuk prosa atau fiksi traditional yang banyak sekali mengisi khazanah sastra traditional nusantara.

Dongeng adalah cerita khayal atau fantasi yang mengisahkan tentang keanehan dan keajaiban sesuatu seperti menceritakan tentang asal mula suatu tampat atau suatu negri.

Hikayat ialah suatu cerita.Biasanya hikayat itu mengisahkan tentang tokoh-tokoh yang hidup di lingkungan istana atau tokoh yang ada kaitannya dengan kehidupan istana,atau golongan bangsawan,atau tentang orang-orang terkemuka pada suatu kurun waktu tertentu.

3. Epos dan Mitos

Epos dan mitos merupakan bagian dari cerita rakyat.Kedua jenis ini masih dapat digolongkan ke dalam jenis dongeng atau hikayat,namun karena cerita-cerita yang disebut sebagai epos dan mitos itu lebih dihayati dan dinilai sebagai suatu peristiwa masa lalu yang diyakini sebagai suatu realitas maka ia menduduki tempat tersendiri dalam dunia sastra traditional.Mitos ini lazimnya diartikan sebagai suatu cerita traditional mengenai peristiwa gaib kehidupan dewa-dewa.Mitos lebih bersifat hikayat atau cerita suci untuk mengungkapkan hal kejadian dunia,manusia dewa-dewi,ritus dan kultus.Oleh sebab itu mitos dapat dipandang sebagai dasar mula kepercayaan dan kultus.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa epos merupakan suatu karya sastra yang menuntut adanya realitas,sedang mitos tidak.Pada dasarnya epos dan mitos mempunyai kedudukan yang sama.Kedua-duanya mengungkapkan dan bertolak dari suatu realitas,yaitu realitas yang dipandang dari segi kehidupan masa silam.

4. Sastra Kitab dan Sejarah

Kedua jenis ini pada dasarnya merupakan karya prosa walaupun sebagian masih berisi fiksi atau cerita rekaan.Sastra kitab berisi cerita-cerita yang ada hubungannya dengan kehidupan keagamaan yakni membicarakan tentang soal peribadatan atau kisah-kisah kehidupan para nabi dan sahabat-sahabatnya..

5. Naskah Undang –Undang

Salah satu golongan naskah sastra Indonesia lama yang cukup penting dan menarik adalah naskah undang – undang. Naskah undang – undang ini tidak saja memperlihatkan sejarah sejarah perundang – undangan, akan tetapi juga menggambarkan pertumbuhan sejarah kebudayaan nusantara. Naskah undang – undang merupakan bagian mutlak dari sastra lama yang menceritakan tentang adat istiadat zaman dahulu atau aturanyang menyangkut upacara ritual.

6. Ramayana dan Mahabarata

Dua epos yang terkenal yang merupakan pengaruh hindu. Kedua epos ini tidak hanya terkenal di India tetapi juga dikepulauan nusantara kita.

Mahabarata lebih tua dari Ramayana. Ramayana melukiskan kejadian dalam kurun waktu antara 200 SM dengan 200 tahun setelah masehi sedangkan mahabarata 400 SM dengan tahun sesudah masehi.Sampai sekarang yang masih tetap menjadi pertanyaan adalah mengngenai apakah wyasa dan walmiki itu sebagai pengarang atau penyusun epos tersebut.

Wyasa dikatakan sebagai pengumpul dan penyusun dan bukan sebagai pengarang adalah dengan alasan-alasan berikut:

a. Kejadian yang diungkapkan adalah kejadian antara 400 tahun sebelum Masehi dengan kejadian 400 tahun sesudah Masehi. Tentu Wyasa tidak mungkin mengikuti kejadian itu.

b. Mahabarata mengetengahkan persoalan yang sangat luas dan terbelit-belit

c. Mahabarata mempunyai bahasa atau gaya bahasa yang berlainan antara satu bagian dengan bagian yang lain.

Walmiki dianggap sebagai pengarang Ramayana dengan beberapa alasan:

a. Ramayana mampunyai alur cerita yang teratur, dengan demikian member kesan ditulis   atau disusun oleh satu tangan

b. Ramayana dengan 24.000 seloka itu menunjukkan gaya bahasa yang sejenis, yang dapat mendorong keyakinan kita bahwa karya itu disusun oleh satu tangan.

Di India Ramayana lebih popular dibandingkan dengan Mahabarata disebabkan hal-hal berikut:

a. Mahabarata terlampau panjang,syairnya terdiri dari 100.000 seloka(200.000baris). Ramayana hanya terdiri dari 24.000 seloka atau 48.000 baris.

b. Isi Mahabarata terlalu luas dan berbelit-belit. Ramayana mempunyai susunan yang teratur dan menarik untuk dibaca.

c. Isi Mahabarata yang luas itu hanya seperempat bagian saja yang berisi pokok cerita.

d. Mahabarata mempunyai banyak macam gaya bahasa, Ramayana mempunyai gaya yang sejenis sehingga lebih menarik untuk dinikmati.

3 komentar:

Blogroll

Blogger templates

About