3. 1 Pengertian Puisi
Puisi adalah sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni – murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan system korespodnsi dalam salah satu bentuk.
Bila dibandingkan dengan prosa, puisi lebih bersifat:
1. Intuisi
Intuisi adalah satu daya atau kemampuan melihat sesuatu kebenaran atau kenyataan tanpa pengalaman langsung atau dibantu oleh suatu proses logika. Sebuah puisi dapat diumpamakan sebagai suatu pernyataan, yang muncul dari suatu kemampuan penyairnya melihat sesuatu secara antusias dengan jurus yang tepat. Intuisi merupakan suatu ketajaman hati atau bisikan kalbu dalam menangkap isyarat – isyarat alam yang penuh makna.
2. Imajinasi
Imajinasi dapat dikatakan sebagai suatu hasil kreatifitas berfikir. Imajinasi dalam puisi merupakan upaya memperkuat kesan suatu pengalaman jiwa yang hendak disampaikan penyairnya. Disamping itu ia berperan pula menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, sehingga ia bagaikan membentuk suatu jaringan yang akhirnya membentuk satu puisi yang kompak.
3. Sintesis
Sintesis berarti suatu kesatuan, suatu gabungan atau ikatan yang merupakan lawan dari analisis yang berarti terurai, yang terlihat unsure – unsur yang membentuk keseluruhan. Sutu karakteristik dari kesintesisan puisi adalah pernyataan yang bersifat unik, tidak langsung, tetapi dapat mengandung pengertian yang luas.
Puisi bila ditinjau dari bentuk mentalnya dibagi atas:
1. Epik
Epik adalah salah satu jenis puisi yang panjang. Ia menceritakan suatu peristiwa yang pada umumnya menyangkut tokoh – tokoh yang gagah perkasa, pemberani dalam membela kebenaran.
2. Lirik
Lirik ialah puisi yang sangat pendek yang mengekpresikan emosi.
3. Dramatik
Dramatik ialah puisi yang berbentuk dialog. Biasanya dibaca oleh lebih dari satu orang agar lebih dapat dihayati atau ditangkap pesannya secara baik.
4. Naratif
Naratif adalah puisi yang menggambarkan tentang penderitaan hidup yang disampaikan secara indah tetapi karakter pelakunya sederhana dan tidak sepanjang puisi epik.
3.2 Unsur – Unsur Yang Membangun Puisi
Unsur – unsure yang membangun puisi dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Bentuk fisik puisi, mencakup penampilannya dalam bentuk nada dan larik puisi. Termasuk kedalamnya irama, sajak, intonasi, pengulangan dan kebiasaan lainnya.
2. Bentuk mental, terdiri dari tema, urutan logis, pola asusiasi, satuan arti yang dilambangkan dan pola – pola citra dan emosi.
Kedua bentuk ini, terjalin dan terkondinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi itu memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi pembacanya.
3.3 Kepuitisan
Beberapa cara untuk mencapai kepuitisan dan keindahan adalah sebagai berikut:
1. Adanya keaslian
2. Kejelasan
3. Memukau
4. Sugestif
5. Cara berfikir runtut dan bercerita yang menarik
3.4 Emosi dan Asosiasi
Emosi member pengaruh terhadap cara berbuat dan cara berfikir seseorang. Emosi yang ada dalam puisi harus cocok dengan tujuan dan situasi yang dikemukakannya. Pemanfaatan emosi dalam suatu puisi akan tergantung kepada pembentukan asosiasi mental.
Asosiasi mempunyai kekuatan yang besar untuk membangkitkan emosi. Asosiasi dalam puisi berperan utama dalam member efek atau pengaruh kepada pembaca. Puisi tidak dapat melengahkan masalah asosiasi. Semua metafora tergantung pada asosiasi, sedangkan metafora itu sendiri merupakan jiwa puisi.
3.5 Kemerduan Bunyi
Bunyi dalam puisi memegang peranan yang amat penting, tanpa bunyi yang merdu dan harmonis tidak bakal ada puisi yang dapat dikatakan puitis dan indah.
3.6 Irama
Irama adalah suatu gerak yang teratur, sutu rentetan bunyi berulang dan menimbulkan variasi – variasi yang menciptakan gerak yang hidup. Pengaruh irama dalam puisi sangat besar, ia menyebabkan terjadinya rasa keindahan, timbulnya imajinasi, munculnya daya pukau, dan lebih dari itu ia dapat memperkuat pengertian.
3.7 Diksi
Diksi berarti pemilihan kata. Pemilihan dan pemanfaatan kata merupakan aspek yang utama dalam dunia puisi. Puisi mempunyai nilai seni bila pengalaman jiwa yang menjadi dasarnya dapat dijelmakan kedalam kata. Seorang penyair mestinya sensitive kepada bahasanya, kepada pilihan kata – kata.
3.8 Pengimajian
Pengimajian adalah penataan kata yang menyebabkan makna yang abstrak menjadi konkrit dan cermat. Beberapa upaya dalam pengimajian ini adalah dengan menggunakan kombinasi kata dan repetisi.
1. Kombinasi kata
Membuat kombinasi kata dapat ditempuh berbagai cara.
a. Penjajaran paralelisme,yakni menggunakan kata yang sama artinya
b. Penjajaran paradoksal, yakni penjajaran kata yang artinya bertentangan.
c. Penjajaran yang bersifat perbandingan,yakni pengucapan yang berhubungan dengan perbandingan langsung
d. Personifikasi, yakni cara pengimajian dengan memberikan sifat – sifat manusia kepada benda mati
e. Perumpamaan, yakni dengan cara perbandingan biasa, yang menggunakan kombinasi kata –kata
2. Repetisi
Repetisi adalah cara pengimajian dengan mengulang bagian – bagian tertentu, diharapkan bagian tersebut lebih mendapat perhatian, lebih ditekankan, dan lebih jelas maknanya.
3.9 Simbolik
Dengan simbolik sesuatu yang abstrak bias dijadikan lebih konkrit, dan dengan simbolik dapat pula memberikan kesan yang yang dalam pengalaman luas tentang sesuatu hal yang mempunyai sifat yang bermacam – macam.
Penggunaan simbolik tidak lain disebabkan anggapan kaum simbolis bahwa apapun yang dapat ditangkap panca indra hanyalah lambing dari kenyataan yang sebenarnya, sedangkan kenyataan sebenarnya tidak dapat ditangkap panca indra seberti bentuk cinta, kecewa, atau sukses.
3.10 Inversi
Inversi adalah gaya pengucapan yang membalikkan urutan subjek dan predikat atau membalikkan pola susunan kata dalam suatu frase. Dalam puisi, inverse digunakan untuk penegasan idea tau perasaan.
3.11 Tipografi dan Enjambemen
Tipografi dan enjambemen merupakan dua hal yang menyangkut tatanan fisik dan perwajahan puisi.
1. Tipografi
Tipografi adalah tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana.
2. Enjambemen
Enjambemen adalah pemotongan kalimat atau frase di akhir larik kemudian meletakkan potongan itu pada awal larik berikutnya dalam puisi.
3.12 Bentuk puisi tradisional
Puisi tradisional pada umumnya mempunyai pola atau bentuk yang tetap, artinya tersusun dalam suatu system susunan tertentu yang tidak dapat diubah , bila diubah maka ekstensinya menjadi goyah atau hilang. Puisi tradisional Indonesia terdiri dari
a. Mantra
Mantra merupakan ucapan sakti yang diucapkan oleh dukun atau pawing. Bahasa mantra tidak mudah dipahami, bahkan mungkin tidak punya arti, atau paling tidak, tidak punya arti dalam ukuran pemakaian bahasa sebagai alat komunikasi
b. Pantun
Pantun merupakan bentuk puisi tradisional yang paling tua, mungkin hamper sama usianya dengan bangsa Indonesia sendiri. Di antara puisi Indonesia, pantunlah yang merupakan milik Indonesia sejati, selebihnya adalah pengaruh Hindu dan Arab. Pantun dapat digunakan dalam segala situasi.
c. Seloka
Suatu bentuk puisi tradisional yang ada hubungannya dengan pantun. Seloka tercipta sebagai suatu bentuk dialog antara dua orang.
d. Talibun
Pantun yang lebih dari empat baris dan berasal dari Minangkabau dan Bengkulu.
e. Syair
Syair merupakan puisi tradisional yang merupakan pengaruh kasusastraan Islam. Syair hamper sama dengan pantun, biasanya digunakan untuk melukiskan hal – hal yang panjang.
f. Gurindam
Gurindam merupakan pengaruh dari sastra tamil. Gurindam biasanya terdiri dari dua baris
anatomi puisi itu apasih kak?? aku disuruh cari pengertian anatomipuisi oleh guru bahasa Indonesia ku...
BalasHapus